Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
- Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman.
- Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman tembakau.
- Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan penanaman.
- Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan.
- Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan.
Dalam teknologi
budidaya tembakau terdapat beberapa yang spesifik sesuai karakteristik
tanaman tembakau. Teknologi budidaya tersebut secara lengkap disajikan
dalam uraian berikut :
PEMBIBITAN
Langkah pertama
dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari
varietasunggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan
hasil tembakau. Varietasunggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua
yang memiliki sifat-sifat yang unggul.
Dengan telah
lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka
diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai
sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman.
Kelemahan-kelemahan
varietas yang ada terhadap lingkunganmarginal seperti hama dan
penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanahdapat
diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah
yang ada.Seperti yang telah dilakukan oleh Balitas Malang telah
mengidentifikasi varietas atau galur yang tahan beberapa hama dan
penyakit tanaman tembakau, seperti tertera pada tabel berikut .
BEBERAPA VARIETAS TEMBAKAU VIRGINIA YANG TAHAN TERHADAP SERANGAN PENYAKIT UTAMA
Sumber : Lucas (1975); Todd (1981); Melton et. Al. (1991)Keterangan ST = Sangat Tahan; T = Tahan; M = Moderat; R = Rentan- = tidak ada informasi; @ hanya tahan terhadap M. incognita ras 1 dan 3 |
Pemuliaan
tanaman tembakau juga dapat digunakan untuk menghasilkan daun
tembakaubernikotin rendah sehingga dapat memenuhi peraturan pemerintah
No. 81 tahun 1999.
Pada
prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan
hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit
dalam polybag.
- persiapan benih,
- pemilihan tempat pembibitan,
- pembuatan bedengan,
- penaburanbenih,
- pemeliharaan,
- seleksi dan
- pemindahan bibit
Benih-Benih
tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 ± 80 mg/1 000 biji atau
setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat
menyebar secara merata diatas bedengan tidak dapat disebarkan secara
langsung.
Benih merupakan
sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih
memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi
tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah
di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit.
Dengan
demikian, untuk pengadaan - benih harus diseleksi dari pohon induk
ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang
memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu. Untuk pengadaan
benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber
daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu
pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi
terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta
yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh kasus, Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan
contoh kasus petani Temanggung yangmenggunakan benih hasil panen sendiri
terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang
rendah.
- Pesemaian Bedengan.
- dekat dengan areal pertanian,
- dekat dengan sumber air,
- tanahnya gembur subur dan mudah diolah,
- lahan terbuka terhadap sinar matahari,
- bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan
- bebas dari gangguan hewan peliharaan.
Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 ± 100 cm.
Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum
penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 ± 1 kg pupuk
NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di
bedengan dengan perendaman atau tanparendaman sebelumnya. Perendaman
benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat
dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi
agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat
dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar
merata.
Pembibitan perlu diberi naungan
untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan
terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang
bedengan.Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x
1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen(atap) dapat dibuka dari pukul 07.00
sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 ± 20 hari, pukul07.00 ± 12.00
pada saat umur bibit 20 ± 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit
28 hari.
Di atas benih perlu dihamparkan mulsa
dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk
mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan,
melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta
mencegah kerusakan permukaan bedengan.
Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan,penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit danseleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperolehpertumbuhan bibit yang baik.
Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut :
WAKTU DAN VOLUME PENYIRAMAN
PADA PEMBIBITAN TEMBAKAU
Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar |
Pemupukan bedengan semai
dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g
ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk
majemuk NPK dengan dosis 0.1 ± 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata
di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.
Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yangberlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari. Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 ± 13 hari, 20 ± 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 ± 40 hari, tinggi bibit 10 ± 12 cm, diameter batang 0,8± 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna
2.2 Pembibitan System Polibag
Kelebihan utama dari sistem ini adalah
Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan :
2. PENGOLAHAN TANAH
Sesuai dengan jenis tembakaunya, musim tanam tembakau dapat dibedakan :
Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman. Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam. Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 ± 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari.
Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah.
Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan sore sampai tanaman ³nglilir´ (mulai tumbuh).
Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampaiumur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisantanaman.
A. Pendangiran/pembumbunan
Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm ± 40 cm di dalam tanah.
Pendangiran dilakukan 3 ± 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 ± 10 hari setelah tanam (HST), 20 ± 22 HST dan 30 ± 35 HST. Pendangiran pada tanaman tembakau virginia PT. BAT di Klaten misalnya melakukan pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 ± 35 HST, 45 ± 55 HST dan 80 ± 85HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan
Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yangberlebihan karena bibit terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari. Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 ± 13 hari, 20 ± 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 ± 40 hari, tinggi bibit 10 ± 12 cm, diameter batang 0,8± 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya. Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna
2.2 Pembibitan System Polibag
Kelebihan utama dari sistem ini adalah
- mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan bibit,
- mengurangi tingkat kematian bibit,
- menghilangkan stagnasi dan
- menyeragamkan pertumbuhan bibit. Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol.
Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan :
- pada tanah berat 5 : 3 : 2
- pada tanah sedang 5 : 2 : 2
- pada tanah ringan 5 : 3 : 1.
2. PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan
tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi
pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang
baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup
untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat.
Guna
memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapaikedalaman
olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya
struktur tanah yang remah. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :
Untuk
lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan got keliling untuk mengeringkan lahan dan
sebagai saluran irigasi di areal pertanaman tembakau. Selanjutnya
dilakukan pembajakan pertama dan dilanjutkan bajak ke-dua dengan arah
memotong bajak pertama. Gebrus total dilaksanakan sesudah jarak tanam
yang digunakan ditentukan. Gebrus total dilakukan dengan cara menarik
tanah lapisan atas dan mencangkul tanah lapisan bawah sedalam 30 cm
untuk menutup lubang dibelakangnya. Gebrus total bertujuan untuk
menembus lapisan olah dan oksigen tanah. Selanjutnya dilakukan bajak 3
dan bajak 4 serta penghancuran tanah yang masih berupa bongkahan.
Guludan
yang tinggi menentukan keberhasilan tanaman tembakau karena berhubungan
dengan drainase dan pemupukan. Pengolahan tanah dilakukan 70 hari
sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60
pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-30
pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan
bajak siap tanam.
3. PENANAMAN
- Jarak tanam dan Populasi tanaman
4. PEMELIHARAAN TANAMAN
Sesuai dengan jenis tembakaunya, musim tanam tembakau dapat dibedakan :
- Tembakau cerutu Na-Oosgt ditanam pada sekitar bulan Juni-Juli (kemarau)
- Tembakau Virginia dan Voor-Oosgt ditanam pada bulan Maret-April (akhir musim hujan di Jawa). dan
- Tembakau rajangan ditanam pada bulan Maret-April.
Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman. Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam. Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 ± 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari.
Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah.
Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan sore sampai tanaman ³nglilir´ (mulai tumbuh).
Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampaiumur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisantanaman.
A. Pendangiran/pembumbunan
Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm ± 40 cm di dalam tanah.
Pendangiran dilakukan 3 ± 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 ± 10 hari setelah tanam (HST), 20 ± 22 HST dan 30 ± 35 HST. Pendangiran pada tanaman tembakau virginia PT. BAT di Klaten misalnya melakukan pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 ± 35 HST, 45 ± 55 HST dan 80 ± 85HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan
B. PEMUPUKAN
Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada tabel berikut. Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg krosok/ha
Tabel tersebut merupakan pakem/patokan untuk mengidentifikasi dosis penambahan pupuk ke dalam lahan Tanaman Tembakau, dengan memperhatikan peta kesuburan lahan di areal pertanaman Tembakau Anda dan spesifikasi jenis Pupuk yang biasa Anda gunakan.
Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenistembakau dan kemampuan pendanaan.
Beberapa contoh dosis pupuk yang diterapkan untuk tanaman tembakau sebagai berikut.
Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada tabel berikut. Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg krosok/ha
Tabel tersebut merupakan pakem/patokan untuk mengidentifikasi dosis penambahan pupuk ke dalam lahan Tanaman Tembakau, dengan memperhatikan peta kesuburan lahan di areal pertanaman Tembakau Anda dan spesifikasi jenis Pupuk yang biasa Anda gunakan.
Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenistembakau dan kemampuan pendanaan.
Beberapa contoh dosis pupuk yang diterapkan untuk tanaman tembakau sebagai berikut.
- Tembakau Cerutu Vorstenlanden PT. Perkebunan Nusantara X Klaten : 400 kg SP36/ha, 550KNO3/ha, 700 kg CaS/ha. Pupuk tersebut diberikan 3 kali (starter, pemupukan I dan pemupukan II) dalam bentuk cair.
- Pupuk Starter terdiri dari SP36 dan KNO3 masing-masing dengan dosis 400 dan 200 kg/ha.
- Pemupukan I terdiri dari CaS dan CaCO3 masing-masingdengan dosis 350 dan 200 kg/ha serta
- pemupukan II 350 CaS/ha dan 150 KNO3/ha.
- Konsentrasi SP36 dalam larutan adalah 0,25 kg/ha,
- KNO3 pada starter 0,125 kg/liter CaS dan
- KNO3 pada pemupukan I masing-masing 0,22 dan 0,125 kg/liter, sedang
- untuk pemupukan II 0,22 kg/liter CaS dan 0,09 kg/liter KNO3.
- Tembakau Burley PT. BAT Indonesia, Bondowoso Jawa Timur seperti terlihat pada tabel berikut :
- Tembakau cerutu Besuki NO PT Perkebunan Nusantara XI : 3 gram TSP/tanaman dan 5 gramKNO3 /tanaman sebelum tanam, 15 gram K2SO4 /tanaman pada 15 HST dan 3 gramurea/tanaman pada 5 HST.
- Tembakau Rajangan Temanggung : Pemupukan yang diterapkan petani : 600 kg ZA, 100 kgTSP dan pupuk kandang sekitar 17-22,5 ton/ha.
- Tembakau Madura : 200 kg ZA/ha, 100 ± 120 kg SP36/ha dan 5 ton pupuk kandang/ha
C. PEMANGKASAN
Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu :
- topping (pangkas pucuk) dan
- suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil).
Pangkas pucuk
maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan
pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau ke kuncup tunas
sehingga hasil foto sintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga
diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi.
Pangkas pucuk
dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan
pada saat button stage atau saat daunberjumlah 20 helai di atas daun
bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali padasaat panjang
tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir.
Pangkasan wiwil
saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline
715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang lebih baik.
D. PENGAIRAN
Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali.
Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut :
- tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam.
Tinggi air
irigasi ditentukanberdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan umur 45
hari setelah tanam volume air ¾ buludan, pada 50 ± 65 HST tinggi air ½
guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.
Pada tanaman
tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara
sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman
cukup seragam dan mencukupi volumenya.
Pada lahan
kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah
hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman
dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi.
E. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Pengendalian
Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan
memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara
berkala, terhadap residu pestisida baik pada tanaman tembakau. Adapun
penggunaan pestisida dan bahan kimia bisa digunakan tergantung serangan
hama yang ada.
Secara umum
jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman tembakau serta
jenispestisida dan dosis yang digunakan untuk pengendaliannya disajikan
pada tabel berikut.
HAMA
Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.
Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari,
b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon )
Gejala
: daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai
daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan
sesaat,
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. )
PANEN
PASCA PANEN
Gejala:
daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian:
kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun,
Gejala
: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat,tanaman kerdil, layu,
daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun
e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)
pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis)
PENYAKIT
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada
tanaman tembakau adalah antara lain adalah sebagai berikut (Alfiyan,
2011):
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan
Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya menyerang pada fase
pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti
terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh. Penyakit
biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 %
drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 - 8,5. Penyakit ini
dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah
sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan
bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil (3 g/liter air),
Mankozep (2-3 g/liter air), Benomil (2-3 g/liter air).
Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae
(Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu
: Tipe 1; tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan
akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna
coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2;
daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe
3; bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah
prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Cara
pencegahannya adalah melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang
memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang telah masak, rotasi
tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48,
Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan
Vesta 33 (Lucas 1975, Powel 1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat
dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan
menggunakan fungisida Mankozeb 2 - 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter
air, Propanokarb Hidroklorida 1 - 2 ml air.
3. Penyakit Kerupuk.
Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl
Virus = TLCV). Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut,
tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau
sampai daun berkerut dan sangat kasar. Pencegahan penyakit ini adalah
memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida
dimetoat atau imedakloprid.
PANEN
Pemanenan adalah suatu tahapan budidaya tembakau
yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan
yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut :
· Kematangan daun
· Keseragaman daun dalam proses penanaman
· Penanganan daun hasil panenan
Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat
kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas
dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval
satu minggu hingga daun tanaman habis.
Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari. Pemetikan dilakukan
1-3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu pemetikan tembakau NO
dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan untuk tembakau VO
dilakukan pada sore hari (setelah fotosintesis). Komposisi daun
tembakau terdiri dari: daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6 lembar),
daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik
daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih
berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses
selanjutnya adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari
masing-masing jenis tembakau.
Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau
kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna
tangkai daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun
mendatar, dan kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat
sebagai lambang ketuaan.
PASCA PANEN
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum
sampai pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun
basah sampai daun kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau
produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil
akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan
daun tembakau setelah di panen antara lain (Maulidiana, 2008):
A.Pengumpulan
Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas.
Kemasakan daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik
jangan sampai terlipat atau tertekan secara mekanis dan dihindari kontak
langsung dengan sinar matahari.
B.Penyortiran dan penggolongan
Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan
yaitu berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam,
Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) :
warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side
(sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye.
C.Curing
Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun
tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa
petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan
tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut
masih tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing: Melepaskan air daun
tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10-15 %. Perubahan warna
dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan aroma sesuai dengan
standar tembakau yang diproses. Pada saat curing, yang perlu
diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh
untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5
x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan
harus lebih longgar daripada waktu musim kering. Beberapa tahapan
curing, yaitu:
a. Penguningan
Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke
warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning
daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa
terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan
secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun.
Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua
ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun
sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini
sangat menentukan terhadap hasil curling.
b. Pengikatan Warna
Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun
tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat
proses ini terjadi, maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun
tetap akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange
maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada suhu 43-52 °C ini
terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada proses
penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur
lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap,
sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang
diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19 jam.
c. Pengeringan Lembar Daun
Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun
dengan cara menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi
dibuka, karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air,
yang harus dibuang keluar oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri
proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun
masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang
dibutuhkan lebih kurang 30-32 jam.
d. Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang
bisa dilapas didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini
ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga
kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa
selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk
batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini
berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus
ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan waktu
normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas 72 C,
karena tembakau akan terbakar. Dalam budidaya tembakau,
panen dan pasca panen merupakan salah satu hal yang sangat penting
untuk menjaga kualitas dan kuantitas tembakau yang dihasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar