Minggu, 09 Juni 2013

II. PEMBAHASAN

2.1 Kegiatan Teknik Budidaya Tembakau
      
     Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis kegiatan dengan urutan sebagai berikut :

  • Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman.
  • Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman tembakau.
  • Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan penanaman.
  • Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan.
  • Panen dan penanganan lepas panen hingga hasil tembakau dipasarkan. 

   Dalam teknologi budidaya tembakau terdapat beberapa yang spesifik sesuai karakteristik tanaman  tembakau. Teknologi budidaya tersebut secara lengkap disajikan dalam uraian berikut :

  1. PEMBIBITAN



Langkah pertama dalam pembibitan adalah mengadakan benih yang bermutu dari varietasunggul. Benih yang bermutu dan varietas unggul dapat menentukan hasil tembakau. Varietasunggul tembakau dapat diperoleh dari tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat yang unggul.



Dengan telah lamanya pengembangan tembakau di Indonesia (1860), (de Jonge, 1989) maka diperkirakan Indonesia telah memiliki plasma nutfah yang besar sebagai sumber genetik untuk melakukan pemuliaan tanaman.



Kelemahan-kelemahan varietas yang ada terhadap lingkunganmarginal seperti hama dan penyakit, kekeringan, kemiskinan unsur hara dan kemasaman tanahdapat diatasi dengan memberdayakan berbagai ragam genetik dalam plasma nutfah yang ada.Seperti yang telah dilakukan oleh Balitas Malang telah mengidentifikasi varietas atau galur yang tahan beberapa hama dan penyakit tanaman tembakau, seperti tertera pada tabel berikut .



BEBERAPA VARIETAS TEMBAKAU VIRGINIA YANG TAHAN TERHADAP SERANGAN PENYAKIT UTAMA
Sumber : Lucas (1975); Todd (1981); Melton et. Al. (1991)Keterangan ST = Sangat Tahan; T = Tahan; M = Moderat; R = Rentan- = tidak ada informasi; @ hanya tahan terhadap M. incognita ras 1 dan 3
Pemuliaan tanaman tembakau juga dapat digunakan untuk menghasilkan daun tembakaubernikotin rendah sehingga dapat memenuhi peraturan pemerintah No. 81 tahun 1999. 

Pada prinsipnya pembibitan tembakau dapat dilakukan secara bedengan dengan hasil bibit tembakau cabutan atau sistem polybag dengan hasil bibit dalam polybag. 



Kegiatan pembibitan tembakau terdiri dari 


  • persiapan benih, 
  • pemilihan tempat pembibitan, 
  • pembuatan bedengan, 
  • penaburanbenih, 
  • pemeliharaan, 
  • seleksi dan 
  • pemindahan bibit

     Benih-Benih tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50 ± 80 mg/1 000 biji atau setiap gram mengandung 13000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata diatas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. 
Benih yang digunakan untuk pembibitan harus dipersiapkan dari areal khusus pembibitan dan diseleksi secara tepat. Benih harus memiliki daya kecambah lebih dari 80 %
       Benih merupakan sarana produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih haruslah memiliki kemurnian yang tinggi tidak tercampur benih rusak, kotoran ataupun biji gulma, daya kecambah di atas 80 % dan bebas hama dan penyakit. 



        Dengan demikian, untuk pengadaan - benih harus diseleksi dari pohon induk ataupun proses pemuliaan yang benar serta teknologi produksi benih yang memenuhi standar sehingga diperoleh benih unggul dan bermutu. Untuk pengadaan benih tersebut diperlukan sarana prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang memahami pemuliaan dan produksi benih. Untuk itu pengadaan benih haruslah dikelola secara profesional baik oleh instansi terkait (seperti Balitas Malang dan Badan Penangkar Benih) dan swasta yang berkecimpung dalam industri tembakau. Sebagai contoh kasus, Balitas Malang telah menghasilkan beberapa varietas unggul tembakau beserta sistem produksi benihnya. Hasil dari benih ini adalah : keseragaman tanaman, vigor tanaman tinggi yang diawali oleh daya kecambah yang tinggi. Sedangkan contoh kasus petani Temanggung yangmenggunakan benih hasil panen sendiri terdapat banyak kelemahan seperti daya kecambah serta produksi yang rendah.



  1. Pesemaian Bedengan.   
      Kegiatan pertama adalah pemilihan lahan untuk pembibitan dengan kriteria :


  • dekat dengan areal pertanian, 
  • dekat dengan sumber air, 
  • tanahnya gembur subur dan mudah diolah, 
  • lahan terbuka terhadap sinar matahari, 
  • bebas dari tanaman famili Solanaseae pada pertanaman sebelumnya dan 
  • bebas dari gangguan hewan peliharaan.
          Pengolahan Tanah pesemaian bedengan dilakukan 30 ± 35 hari sebelum penaburan benih. Pengolahan tanah ini harus sudah dilakukan 70 ± 80 hari sebelum tanam agar bibit siap salur pada waktu tanam, karena umur bibit tembakau siap salur adalah 40 ± 45 hari. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan I dan pembajakan II dengan interval 1 sampai 2 minggu dan dengan kedalaman bajak 30 ± 40 cm. 

Bedengan dibentuk dengan arah timur barat yang berukuran lebar 1m panjang 5 m tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 75 ± 100 cm.

       Penaburan Benih dilakukan setelah bedengan semai siap tanam. Sebelum penaburan benih dilakukan pemupukan dasar dengan dosis 0,5 ± 1 kg pupuk NPK/m2, 3 sampai 4 hari sebelum sebar. Benih tembakau dapat disebar di bedengan dengan perendaman atau tanparendaman sebelumnya. Perendaman benih dapat dilakukan selama 48 jam sebelum sebar. Penaburan benih dapat dilakukan dengan gembor berisi air ditambah sabun sebagai pendispersi agar benih tidak mengumpul. Penyebaran benih tanpa perendaman dapat dilakukan dengan mencampur benih dengan abu atau pasir halus agar merata.



       Pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi benih dari cahaya matahari konstruksi atap naungan terbuat dari bambu berbentuk setengah lingkaran memanjang sepanjang bedengan.Naungan dapat digunakan plastik Polyetilen berukuran 5,2 m x 1,2 m x 0,5 m. Plastik Polyotilen(atap) dapat dibuka dari pukul 07.00 sampai 10.30 pada saat bibit berumur 15 ± 20 hari, pukul07.00 ± 12.00 pada saat umur bibit 20 ± 28 hari dan satu hari penuh setelah umur bibit 28 hari. 

Di atas benih perlu dihamparkan mulsa dari potongan jerami berukuran ± 25 cm. Mulsa tersebut berfungsi untuk mencegah benih berpindah pada saat penyiraman atau saat hujan, melindungi kecambah dari matahari dan mengurangi penguapan serta mencegah kerusakan permukaan bedengan.


       

Pemeliharaan pembibitan meliputi penyiraman, pemupukan, pengaturan naungan,penjarangan mulsa, penyiangan, penjarangan tanaman, pengendalian hama dan penyakit danseleksi bibit. Penyiraman pada pembibitan harus dilakukan secara intensif untuk memperolehpertumbuhan bibit yang baik. 










Waktu dan volume penyiraman pada pembibitan seperti tertera pada tabel berikut :

WAKTU DAN VOLUME PENYIRAMAN

PADA PEMBIBITAN TEMBAKAU

Keterangan : HSS = Hari Setelah Sebar 
         Pemupukan bedengan semai dilakukan 3-4 hari sebelum penaburan benih. Dosis pemupukan adalah 35 g ZA, 100 g SP-36 dan 20 g ZK per m2 bedengan. Atau dapat digunakan pupuk majemuk NPK dengan dosis 0.1 ± 1 kg/m2 bedengan. Pupuk ditabur merata di atas bedengan dan dicampur dengan lapisan tanah atas.

           Penjarangan bibit (reseting) perlu dilakukan untuk menghindari kelembaban yangberlebihan karena bibit   terlalu padat yang dapat menimbulkan serangan penyakit rebah kecambah atau lanas. Disampig itu penjarangan juga diperlukan agar bibit tidak mengalami etiolasi dan tidak terjadi persaingan unsur hara sehingga bibit tumbuh dengan vigor seragam. Reseting dilakukan pada umur 21 hari. Seleksi bibit dilakukan tiga kali yaitu pada umur 10 ± 13 hari, 20 ± 23 hari dan 33 hari. Bibit siap salur memiliki kriteria umur 38 ± 40 hari, tinggi bibit 10 ± 12 cm, diameter batang 0,8± 1 cm, jumlah daun 5 -6 lembar, warna daun hijau dan tanaman sehat. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi atau sore hari dengan menyiram bedengan sebelumnya.
Pencabutan dilakukan dengan menyatukan daun yang telah sempurna


2.2 Pembibitan System Polibag
       Kelebihan utama dari sistem ini adalah

  • mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan bibit, 
  • mengurangi tingkat kematian bibit, 
  • menghilangkan stagnasi dan 
  • menyeragamkan pertumbuhan bibit. Dengan demikian penyulaman dapat ditekan hingga tingkat nol. 
        Cara pembibitan dengan sistem polybag pada awalnya sama seperti sistem bedengan, hanya setelah umur bibit 21 hari bibit dipindahkan ke polybag.
Media bibit sistem polybag terdiri dari tanah dicampur dengan pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan :

  1. pada tanah berat     5 : 3 : 2
  2. pada tanah sedang  5 : 2 : 2
  3. pada tanah ringan    5 : 3 : 1. 
          Di samping itu media dicampur dengan pupuk NPK dengan dosis 1,5 ± 2 kg pupuk NPK setiap 1 m3 tanah. Ukuran plastik media adalah panjang 110 cm dan diameter 110 cm. Tanah media dimasukkan ke dalam plastik polybag. Tanah media tersebut sebelumnya disterilisasi dengan metode solarisasi selama 14 ± 20 hari. Selanjutnya bibit yang telah berumur 3 minggu (21 HSS) dipindahkan ke polybag dan dilakukan penyiraman seperti pada pembibitan bedengan. Pemeliharaan dan kriteria se-alur seperti pada pembibitan bedengan, hanya bedanya pada pembibitan polybag telah dilakukan seleksi bibit dan pengaturan jarak tanam. Jadi semua alur sama dengan seperti dituturkan dalam pembibitan bedengan tersebut diatas.

2. PENGOLAHAN TANAH


            
      Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. 
Guna memperoleh perakaran yang baik pengolahan tanah harus mencapaikedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain kearah terbentuknya struktur tanah yang remah. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :

      Untuk lahan bekas sawah pekerjaan pertama adalah membersihkan jerami kemudian dilanjutkan dengan pembuatan got keliling untuk mengeringkan lahan dan sebagai saluran irigasi di areal pertanaman tembakau. Selanjutnya dilakukan pembajakan pertama dan dilanjutkan bajak ke-dua dengan arah memotong bajak pertama. Gebrus total dilaksanakan sesudah jarak tanam yang digunakan ditentukan. Gebrus total dilakukan dengan cara menarik tanah lapisan atas dan mencangkul tanah lapisan bawah sedalam 30 cm untuk menutup lubang dibelakangnya. Gebrus total bertujuan untuk menembus lapisan olah dan oksigen tanah. Selanjutnya dilakukan bajak 3 dan bajak 4 serta penghancuran tanah yang masih berupa bongkahan. 
        Guludan yang tinggi menentukan keberhasilan tanaman tembakau karena berhubungan dengan drainase dan pemupukan. Pengolahan tanah dilakukan 70 hari sebelum penanaman dimana H-70 dilakukan pembersihan jerami, H-60 pembuatan got keliling, H-55 pembajakan 2, H-40 pembajakan 3, H-30 pembajakan 4, H-25 pembersihan rumput di pematang dan H-15 dilakukan bajak siap tanam.

3. PENANAMAN 
  •   Jarak tanam dan Populasi tanaman
                 Tembakau virginia dan tembakau Burley digunakan jarak tanam 110 cm x 50 cm, 120 cm x50 cm atau 120 cm x 45 cm dengan populasi tanaman berkisar antara 16.000 ± 18.000 pohon/ha. Tembakau Cerutu Vorstendlanden varietas hibrida TV38XG populasi idealnya adalah 17.480 tanaman/ha, sedang varietas F1K sebesar 16.930 tanaman/ha. Tembakau rajangan Temanggung Jarak tanam digunakan 100 cm x 50cm (jarak tanam pagar ganda) atau 100 cm x 75 cm. Populasi tanaman berkisar antara 11.000 hingga 18.000batang/ha. Tembakau rajangan Madura ditanam dengan populasi berkisar antara 20.000 sampai dengan 33.000 tanaman/ha. Jarak tanam yang paling baik adalah 100 cm x 50 cm atau 100 cm x 45cm dengan populasi tanaman 33.000 tanaman /ha
4. PEMELIHARAAN TANAMAN 
            
Sesuai dengan jenis tembakaunya, musim tanam tembakau dapat dibedakan :

  • Tembakau cerutu Na-Oosgt ditanam pada sekitar bulan Juni-Juli (kemarau)
  • Tembakau Virginia dan Voor-Oosgt ditanam pada bulan Maret-April (akhir musim hujan di Jawa). dan
  • Tembakau rajangan ditanam pada bulan Maret-April.
Untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang seragam dilakukan seleksi bibit yang akan ditanam.
Penyiraman pada waktu penanaman dapat dilakukan sebelum atau setelah penanaman. Untuk mencegah serangan hama pada bibit yang baru ditanam di sekitar lubang tanam diaplikasikan Furadan 3G dengan dosis 2 gram/lubang tanam. Waktu tanam sebaiknya dilakukan pada sore hari (pukul 14.00 ± 17.00) untuk menghindari kelayuan bibit karena terik sinar matahari.
      Cara penanaman diusahakan agar akar bibit tidak terlipat dan patah. Penanaman dilakukan dengan tangan sedalam 4 cm kemudian tanah ditekan agar pangkal batang dan akar melekat dengan tanah.
         Penyiraman sebanyak 1 liter/lubang tanam dilakukan setelah penanaman setiap pagi dan sore sampai tanaman ³nglilir´ (mulai tumbuh).
       Penyulaman dilakukan mulai umur 3 hari sampaiumur 10 hari setelah tanam, bibit diambil dari cadangan bibit yang ditanam diantara barisantanaman.


A. Pendangiran/pembumbunan

    

   Pendangiran dimaksudkan untuk memperbaiki susunan udara tanah, memudahkan perembesan air, mengendalikan gulma dan memperbaiki guludan. Pendangiran dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman yang berada pada kedalaman 30 cm ± 40 cm di dalam tanah.
           Pendangiran dilakukan 3 ± 4 kali tergantung pada kondisi tanah pada lahan dan gulma. Pada tanaman tembakau ceretu Vorstenlanden di bawah naungan misalnya pendangiran dilakukan 3 kali pada umur 7 ± 10 hari setelah tanam (HST), 20 ± 22 HST dan 30 ± 35 HST. Pendangiran pada tanaman tembakau virginia PT. BAT di Klaten misalnya melakukan pendangiran sebanyak 4 kali yaitu pada 1 sampai 14 HST 30 ± 35 HST, 45 ± 55 HST dan 80 ± 85HST. Pendangiran umumnya dilakukan setelah pengairan
B. PEMUPUKAN
   
              Pemupukan pada tanaman tembakau ditujukan untuk memenuhi unsur hara sehingga tanaman dapat menghasilkan krosok yang tinggi baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk menghasilkan 2.000 kg krosok/ha tanaman tembakau menyerap unsur hara seperti tertera pada tabel berikut. Jumlah Unsur Hara yang Terserap Oleh Tanaman Tembakau untuk Menghasilkan 2.000 kg krosok/ha
    
Tabel tersebut merupakan pakem/patokan untuk mengidentifikasi dosis penambahan pupuk ke dalam lahan Tanaman Tembakau, dengan memperhatikan peta kesuburan lahan di areal pertanaman Tembakau Anda dan spesifikasi jenis Pupuk yang biasa Anda gunakan.

    Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenis tembakau dan kemampuan pendanaan. Dosis pupuk yang diterapkan sangat beragam tergantung pada tanah teknologi, jenistembakau dan kemampuan pendanaan.




Beberapa contoh dosis pupuk yang diterapkan untuk tanaman tembakau sebagai berikut.

  • Tembakau Cerutu Vorstenlanden PT. Perkebunan Nusantara X Klaten : 400 kg SP36/ha, 550KNO3/ha, 700 kg CaS/ha. Pupuk tersebut diberikan 3 kali (starter, pemupukan I dan pemupukan II) dalam bentuk cair. 
    • Pupuk Starter terdiri dari SP36 dan KNO3 masing-masing dengan dosis 400 dan 200 kg/ha. 
    • Pemupukan I terdiri dari CaS dan CaCO3 masing-masingdengan dosis 350 dan 200 kg/ha serta 
    • pemupukan II 350 CaS/ha dan 150 KNO3/ha. 
    • Konsentrasi SP36 dalam larutan adalah 0,25 kg/ha, 
    • KNO3 pada starter 0,125 kg/liter CaS dan
    • KNO3 pada pemupukan I masing-masing 0,22 dan 0,125 kg/liter, sedang 
    • untuk pemupukan II 0,22 kg/liter CaS dan 0,09 kg/liter KNO3.
  •  Tembakau Burley PT. BAT Indonesia, Bondowoso Jawa Timur seperti terlihat pada tabel berikut :
  • Tembakau cerutu Besuki NO PT Perkebunan Nusantara XI : 3 gram TSP/tanaman dan 5 gramKNO3 /tanaman sebelum tanam, 15 gram K2SO4 /tanaman pada 15 HST dan 3 gramurea/tanaman pada 5 HST.
  • Tembakau Rajangan Temanggung : Pemupukan yang diterapkan petani : 600 kg ZA, 100 kgTSP dan pupuk kandang sekitar 17-22,5 ton/ha.
  • Tembakau Madura : 200 kg ZA/ha, 100 ± 120 kg SP36/ha dan 5 ton pupuk kandang/ha
C. PEMANGKASAN
          
Pada tanaman tembakau dikenal 2 macam pemangkasan yaitu :



  1. topping (pangkas pucuk) dan 
  2. suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil). 




     Pangkas pucuk maupun wiwil pada tanaman tembakau bertujuan untuk menghentikan pengangkutan bahan makanan ke mahkota bunga atau ke kuncup tunas sehingga hasil foto sintesis dapat terakumulasi pada daun sehingga diperoleh produksi krosok dan kualitasnya yang tinggi.
     Pangkas pucuk dan wiwil biasanya dilakukan secara manual. Pangkasan pucuk dilakukan pada saat button stage atau saat daunberjumlah 20 helai di atas daun bibit. Pangkasan wiwil dilakukan 3 sampai 5 hari sekali padasaat panjang tunas samping sekitar 7 cm. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir.

Pangkasan wiwil saat ini sudah dapat dilakukan dengan bahan kimia (sucrisida) Hyline 715. Penggunaan sucrisida memberikan hasil yang lebih baik.
D. PENGAIRAN
         
         Cara pengairan tembakau pada lahan beririgasi yaitu dengan cara dilep (basin irigation) hingga guludan tempat tanaman cukup basah dan selanjutnya lahan dikeringkan kembali.

Waktu pemberian air irigasi dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut :
  • tanaman layu pada pukul 11.00 atau tanah tidak lagi melekat apabila digenggam. 
Tinggi air irigasi ditentukanberdasarkan umur tanaman yaitu : sampai dengan umur 45 hari setelah tanam volume air ¾ buludan, pada 50 ± 65 HST tinggi air ½ guludan dan menjelang panen tinggi air ¼ guludan.
Pada tanaman tembakau cerutu di bawah naungan, penyiraman dilakukan dengan cara sprinkler irigation. Dengan demikian volume air yang diterima tanaman cukup seragam dan mencukupi volumenya.

        Pada lahan kering (umumnya tembakau rakyat) pengairan sangat tergantung pada curah hujan. Beberapa petani dengan modal yang cukup melakukan penyiraman dengan sumber air tanah atau sungai dengan sistem pompanisasi.


E. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT 
       
              
          Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap residu pestisida baik pada tanaman tembakau. Adapun penggunaan pestisida dan bahan kimia bisa digunakan tergantung serangan hama yang ada. 

         Secara umum jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman tembakau serta jenispestisida dan dosis yang digunakan untuk pengendaliannya disajikan pada tabel berikut.







     












HAMA
a. Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Gejala : berupa lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan.

Pengendalian: Pangkas dan bakar sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada pagi/sore hari,



b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon )
Gejala : daun terserang berlubang-lubang terutama daun muda sehingga tangkai daun rebah. Pengendalian: pangkas daun sarang telur/ulat, penggenangan sesaat,



c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. )
Gejala: daun pucuk tanaman terserang berlubang-lubang dan habis. Pengendalian: kumpulkan dan musnah telur / ulat, sanitasi kebun,

d. Nematoda ( Meloydogyne sp. )
Gejala : bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat,tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. Pengendalian: sanitasi kebun

e. Kutu - kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)
pembawa penyakit yang disebabkan virus. Pengendalian: predator Koksinelid, Natural BVR.

f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus ), jangkrik (Brachytrypes portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis geminata), belalang banci (Engytarus tenuis)
PENYAKIT
          Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah antara lain adalah sebagai berikut (Alfiyan, 2011): 
1. Penyakit Rebah Kecambah. 
     Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya menyerang pada fase pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 - 8,5. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil (3 g/liter air), Mankozep (2-3 g/liter air), Benomil (2-3 g/liter air). 
2. Penyakit Lanas. 
      Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae (Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu : Tipe 1; tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat, Tipe 2; daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati, Tipe 3; bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Cara pencegahannya adalah melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang memperbaiki drainase penggunaan pupuk kandang yang telah masak, rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33 (Lucas 1975, Powel 1988, Melton 1991). Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 - 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 - 2 ml air. 
3. Penyakit Kerupuk. 
       Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar. Pencegahan penyakit ini adalah memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.

PANEN 
           
    Pemanenan adalah suatu tahapan budidaya tembakau yang sangat penting diperhatikan dalam mendapatkan kualitas panenan yang tinggi. Adapun yang hams diperhatikan sebagai berikut : 
· Kematangan daun 
· Keseragaman daun dalam proses penanaman 
· Penanganan daun hasil panenan 
      Sebagian besar dari varietas tembakau dipanen berdasarkan tingkat kematangan daunnya dilakukan mulai dari daun bawah sampai daun atas dengan pemetikan 2 sampai 3 daun pada setiap tanaman dengan interval satu minggu hingga daun tanaman habis.
     Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari. Pemetikan dilakukan 1-3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu pemetikan tembakau NO dilakukan pagi hari (sebelum fotosintesis), sedangkan untuk tembakau VO dilakukan pada sore hari (setelah fotosintesis). Komposisi daun tembakau terdiri dari: daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6 lembar), daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing jenis tembakau.
      Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwama coklat, warna tangkai daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan kadang-kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang ketuaan.

PASCA PANEN

      
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih perlu pengolahan sebelum sampai pada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dari daun basah sampai daun kering (krosok/rajangan) hingga menjadi bahan atau produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada penanganan daun tembakau setelah di panen antara lain (Maulidiana, 2008): 
A.Pengumpulan 
       Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas. Kemasakan daun, ukuran daun, dan kecacatan daun. Daun yang dipetik jangan sampai terlipat atau tertekan secara mekanis dan dihindari kontak langsung dengan sinar matahari. 
B.Penyortiran dan penggolongan 
        Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan yaitu berdasarkan warna daun yaitu: Trash (apkiran): warna daun hitam, Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar): warna daun antara kuning-oranye. 
C.Curing 
       Curing merupakan proses biologis yaitu melepaskan kadar air dari daun tembakau basah yang dipanen dalam keadaan hidup. Selama ini di beberapa petani ada yang berpendapat bahwa curing adalah proses pengeringan tembakau saja. Tidak menyadari bahwa sel-sel di dalam daun tersebut masih tetap hidup setelah dipanen. Tujuan Curing: Melepaskan air daun tembakau hidup dari kadar air 80-90 % menjadi 10-15 %. Perubahan warna dari zat hijau daun menjadi warna oranye dengan aroma sesuai dengan standar tembakau yang diproses. Pada saat curing, yang perlu diperhatikan juga adalah kapasitas daun di dalam oven. Sebagai contoh untuk oven ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga cuaca waktu proses, kalau musim hujan harus lebih longgar daripada waktu musim kering. Beberapa tahapan curing, yaitu: 
a. Penguningan 
      Proses biologis daun ini merupakan proses perubahan warna dari hijau ke warna kuning, karena hilangnya zat hijau daun / klorophyil ke zat kuning daun dan terjadi penguraian zat tepung menjadi gula. Perubahan ini bisa terjadi pada suhu 32 s/d 42 derajat celcius. Proses ini harus dilakukan secara perlahan-lahan waktu yang diperlukan tergantung posisi daun. Umumnya berlangsung selama 55 s/d 58 jam. Pada saat ini awalnya semua ventilasi ditutup, baik atas maupun bawah. Tetapi apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange ventilasi atas dibuka 1/4 , proses ini sangat menentukan terhadap hasil curling. 
b. Pengikatan Warna 
       Apabila seluruh daun sudah berwama kuning orange baik lembar daun maupun tulang daun, maka secara pertiahan-lahan suhu dinaikkan. Pada saat proses ini terjadi, maka apabila daun masih berwama hijau, maka daun tetap akan berwama hijau, sebaliknya apabila sudah berwama kuning orange maka hasil curing akan kuning orange. Karena pada suhu 43-52 °C ini terjadi pengikatan warna. Sehingga apabila warna daun pada proses penguningan belum sempuna, maka jangan terburu-buru menaikkan temperatur lebih dari 42 °C. Pada tahapan ini ventilasi dibuka secara bertahap, sedikit demi sedikit sampai akhirnya dibuka seluruhnya. Waktu yang diperlukan kalau berjalan sempuma umumnya sekitar 18-19 jam. 
c. Pengeringan Lembar Daun 
            Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air didalam lembar daun dengan cara menaikkan suhu 53-62 °C. Pada saat ini seluruh ventilasi dibuka, karena air yang keluar dari sel-sel daun akan menjadi uap air, yang harus dibuang keluar oven agar tidak kembali ke daun. Ciri-ciri proses ini, daun sudah terasa kering apabila dipegang, tapi tulang daun masih terasa basah daun terlihat keriput atau keriting waktu yang dibutuhkan lebih kurang 30-32 jam. 
d. Pengeringan Gagang 
           Pengeringan gagang dilakukan pada suhu 63-72 °C. Pada saat ini air yang bisa dilapas didalam batang daun akan dikeluarkan proses awal tahap ini ventilasi mulai ditutup secara perlahan dan bertahap, untuk menjaga kelembaban udara tetap berkisar pada 32 %. Ciri-ciri tahapan ini bisa selesai apabila seluruh tulang daun sudah kering, dan bila ditekuk batangnya akan patah dan berbunyi krek. Ini menandakan bahwa tahap ini berjalan baik 5-8 jam sebelum proses berakhir, seluruh ventilasi harus ditutup agar kelembaban udara tetap terjaga. Proses ini memerlukan waktu normalnya 30-32 jam jangan pernah menaikkan suhu oven diatas 72 C, karena tembakau akan terbakar. Dalam budidaya tembakau, panen dan pasca panen merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas dan kuantitas tembakau yang dihasilkan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar